SELAMAT DATANG DI BLOG KEMBALI KEPADA KEBENARAN ISLAM

Sambil Nonton
TV Kita

Ngaji Yuk...!!!

TV ONLINE

Selasa, 27 April 2010

AKU TIDAK PANTAS MASUK SURGA DULUAN

Aku tidak tahu dimana berada. Meski sekian banyak manusia berada
disekelilingku, namun aku tetap merasa sendiri dan ketakutan. Aku masih
bertanya dan terus bertanya, tempat apa ini, dan buat apa semua manusia
dikumpulkan. Mungkinkah, ah . aku tidak mau mengira-ngira.
Rasa takutku makin menjadi-jadi, tatkala seseorang yang tidak pernah
kukenal sebelumnya mendekati dan menjawab pertanyaan hatiku. "Inilah yang
disebut Padang Mahsyar," suaranya begitu menggetarkan jiwaku. "Bagaimana ia
bisa tahu pertanyaanku," batinku. Aku menggigil, tubuhku terasa lemas,
mataku tegang mencari perlindungan dari seseorang yang kukenal.
Kusaksikan langit menghitam, sesaat kemudian bersinar kemilauan.
Bersamaan dengan itu, terdengar suara menggema. Aku baru sadar, inilah
hari penentuan, hari dimana semua manusia akan menerima keputusan akan
balasan dari amalnya selama hidup didunia. Hari ini pula akan ditentukan nasib
manusia selanjutnya, surgakah yang akan dinikmati atau adzab neraka
yang siap menanti. Aku semakin takut. Namun ada debar dalam dadaku mengingat amal-amal
baikku didunia. Mungkinkah aku tergolong orang-orang yang mendapat kasih-Nya
atau jangan-jangan . Aku dan semua manusia lainnya masih menunggu keputusan
dari Yang menguasai hari pembalasan. Tak lama kemudian, terdengar lagi suara
menggema tadi yang mengatakan, bahwa sesaat lagi akan dibacakan daftar
manusia-manusia yang akan menemani Rasulullah SAW di surga yang indah.
Lagi-lagi dadaku berdebar,ada keyakinan bahwa namaku termasuk dalam
daftar itu, mengingat banyaknya infaq yang aku sedekahkan. Terlebih lagi,
sewaktu didunia aku dikenal sebagai juru dakwah. "Kalaulah banyak orang yang
kudakwahi masuk surga, apalagi aku," pikirku mantap. Akhirnya, nama-nama itupun mulai disebutkan. Aku masih beranggapan
bahwa namaku ada dalam deretan penghuni surga itu, mengingat ibadah-ibadah
dan perbuatan-perbuatan baikku. Dalam daftar itu, nama Rasulullah Muhammad
SAW sudah pasti tercantum pada urutan teratas, sesuai janji Allah melalui
Jibril, bahwa tidak satupun jiwa yang masuk kedalam surga sebelum
Muhammad masuk. Setelah itu tersebutlah para Assabiquunal Awwaluun.
Kulihat Fatimah Az Zahra dengan senyum manisnya melangkah bahagia sebagai
wanita pertama yang ke surga, diikuti para istri-istri dan keluarga rasul
lainnya.Para nabi dan rasul Allah lainnya pun masuk dalam daftar
tersebut. Yasir dan Sumayyah berjalan tenang dengan predikat Syahid dan syahidah
pertama dalam Islam. Juga para sahabat lainnya, satu persatu para
pengikut terdahulu Rasul itu dengan bangga melangkah ke tempat dimana Allah akan
membuka tabirnya.Yang aku tahu, salah satu kenikmatan yang akan
diterima para penghuni surga adalah melihat wajah Allah. Kusaksikan para sahabat
Muhajirin dan Anshor yang tengah bersyukur mendapatkan nikmat tiada
terhingga sebagai balasan kesetiaan berjuang bersama Muhammad
menegakkan risalah. Setelah itu tersebutlah para mukminin terdahulu dan para
syuhada dalam berbagai perjuangan pembelaan agama Allah. Sementara itu, dadaku
berdegub keras menunggu giliran. Aku terperanjat begitu melihat
rombongan anak-anak yatim dengan riang berlari untuk segera menikmati kesegaran
telaga kautsar. Beberapa dari mereka tersenyum sambil melambaikan tangannya
kepadaku. Sepertinya aku kenal mereka. Ya Allah, mereka anak-anak yatim
sebelah rumahku yang tidak pernah kuperhatikan. Anak-anak yang selalu
menangis kelaparan dimalam hari sementara sering kubuang sebagian
makanan yang tak habis kumakan. "Subhanallah, itu si Parmin tukang mie dekat
kantorku," aku terperangah melihatnya melenggang ke surga. Parmin,
pemuda yang tidak pernah lulus SD itu pernah bercerita, bahwa sebagian besar
hasil dagangnya ia kririmkan untuk ibu dan biaya sekolah empat adiknya.
Parmin yang rajin sholat itu, rela berpuasa berhari-hari asal ibu dan
adik-adiknya di kampung tidak kelaparan. Tiba-tiba, orang yang sejak tadi
disampingku berkata lagi, "Parmin yang tukang mie itu lebih baik dimata Allah. Ia
bekerja untuk kebahagiaan orang lain." Sementara aku, semua hasil
keringatku semata untuk keperluanku.Lalu berturut-turut lewat didepan mataku, mbok Darmi penjual pecel yang
kehadirannya selalu kutolak, pengemis yang setiap hari lewat depan
rumah dan selalu mendapatkan kata "maaf" dari bibirku dibalik pagar tinggi
rumahku. Orang disampingku berbicara lagi seolah menjawab setiap pertanyaanku
meski tidak kulontarkan, "Mereka ihklas, tidak sakit hati serta tidak
memendam kebencian meski kau tolak." Masya Allah . murid-murid pengajian yang aku bina, mereka mendahuluiku
ke surga. Setelah itu, berbondong-bondong jama'ah masjid-masjid tempat
biasa aku berceramah. "Mereka belajar kepadamu, lalu mereka amalkan.
Sedangkan kau, terlalu banyak berbicara dan sedikit mendengarkan. Padahal, lebih
banyak yang bisa dipelajari dengan mendengar dari pada berbicara,"
jelasnya lagi. Aku semakin penasaran dan terus menunggu giliranku dipanggil.
Seiring dengan itu antrian manusia-manusia dengan wajah ceria, makin panjang.
Tapi sejauh ini, belum juga namaku terpanggil. Aku mulai kesal, aku ingin
segera bertemu Allah dan berkata, "Ya Allah, didunia aku banyak melakukan
ibadah,aku bershodaqoh, banyak membantu orang lain, banyak berdakwah, izinkan
aku ke surgaMu." Orang dengan wajah bersinar disampingku itu hendak berbicara lagi, aku
ingin menolaknya. Tetapi, tanganku tak kuasa menahannya untuk berbicara.
"Ibadahmu bukan untuk Allah, tapi semata untuk kepentinganmu mendapatkan surga
Allah,shodaqohmu sebatas untuk memperjelas status sosial, dibalik bantuanmu
tersimpan keinginan mendapatkan penghargaan, dan dakwah yang kau
lakukan hanya berbekas untuk orang lain, tidak untukmu," bergetar tubuhku
mendengarnya. Anak-anak yatim, Parmin, mbok Darmi, pengemis tua,
murid-murid pengajian, jama'ah masjid dan banyak lagi orang-orang yang sering
kuanggap tidak lebih baik dariku, mereka lebih dulu ke surga Allah. Padahal, aku
sering beranggapan, surga adalah balasan yang pantas untukku atas
dakwah yang kulakukan, infaq yang kuberikan, ilmu yang kuajarkan dan perbuatan
baik lainnya. Ternyata, aku tidak lebih tunduk dari pada mereka, tidak lebih
ikhlas dalam beramal dari pada mereka, tidak lebih bersih hati dari
pada mereka, sehingga aku tidak lebih dulu ke surga dari mereka.
Jam dinding berdentang tiga kali. Aku tersentak bangun dan,
astaghfirullah., ternyata Allah telah menasihatiku lewat mimpi malam
ini.

Wassalam
Moch.Syahroni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar